WONG CILIK atau rakyat kecil adalah lapisan masyarakat bawah yang terdiri dari kaum petani, pekerja kasar, buruh kecil, perajin, pedagang kecil termasuk bakul dan pedagang kaki lima. Umumnya mereka berpenghasilan rendah. Ironinya, istilah wong cilik sering dipakai sebagai alat propaganda untuk mendapatkan kedudukan dan jabatan politik. Namun, ketika target itu telah dicapai, lapisan terbesar rakyat Indonesia itu kemudian dilupakan. Bahkan, hak-haknya dijarah atau dikorupsi untuk memperkaya diri, kelompok atau kroni.
Jauh berbeda dengan Bank Andara. PT Bank Andara ingin berbuat sebaliknya. Bank umum ini didirikan tahun 2009 di Jakarta dengan misi memperbaiki tingkat kehidupan wong cilik yang pengertiannya seperti didefinisikan di atas.
Caranya? Bank Andara menyediakan layanan kredit kepada warga masyarakat ekonomi lemah melalui lembaga keuangan mikro (LKM), seperti bank perkreditan rakyat (BPR), koperasi simpan pinjam, dan lain-lain. Plafon kredit tak dibatasi, tergantung kebutuhan yang diperlukan calon nasabah. BPR dan koperasi dipilih sebagai mitra karena dinilai telah berperan sangat dominan dalam melayani pinjaman dana kepada masyarakat yang tak terakses jasa keuangan lembaga bank umum yang biasanya menerapkan persyaratan pinjaman sangat ketat.
Bank Andara didirikan pemegang saham asing dan lokal yang memiliki reputasi internasional dengan latar belakang kegiatan sosial dan perbankan, serta berkomitmen penuh untuk mengembangkan sektor ekonomi mikro di Indonesia. Para pemegang saham tersebut terdiri atas Mercy Corps, International Finance Coorporation (IFC), KfW Bankengurppe, Hivos Triodos Fonds, dan I Wayan Gatha. Bank Andara telah menjalin kerja sama dengan sekitar 737 LKM di Indonesia.
Di Indonesia tercatat tidak kurang dari 50.000 LKM yang melayani lebih 40 juta orang nasabah. Diperkiarakan masih lebih banyak lagi warga masyarakat berpenghasilan rendah yang belum terlayani jasa keuangan perbankan. Mereka itu praktis sangat membutuhkan bantuan pinjaman dana dari BPR, koperasi simpan pinjam, dan lembaga keuangan mikro lainnya. PT Bank Andara berencana untuk menjalin kerja sama dengan paling sedikit 1.200 LKM dalam tiga tahun ke depan. Dengan demikian, sasaran pelayanan kepada kelompok ekonomi lemah akan semakin luas.
Dalam rangka mengembangkan jangkauan pelayanan yang lebih luas, PT Bank Andara kemudian membuka cabang di sentra-sentra pelaku usaha ekonomi mikro seperti di Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur, Denpasar (Bali). “Dalam waktu dekat kami akan membuka cabang di Makassar”, kata Direktur Utama PT Bank Andara David HL Yong (50). Kehadiran cabang baru tersebut tentu untuk lebih mempermudah pelayanan kepada mitra di Sulawesi, termasuk Provinsi Sulawesi Tenggara.
Usaha ekonomi mikro adalah basis kekuatan ekonomi di Provinsi Sultra. Usaha tersebut mencakup pertanian dalam arti luas, yaitu pertanian tanaman pangan, pertanian tanaman perkebunan dan hortikultura, perikanan, peternakan. Kemudian usaha ekonomi mikro perkotaan seperti kerajinan, pertukangan, industri rumah tangga, pedagang bakulan, pedagang kaki lima, dan lain-lain. Umumnya pelaku usaha tersebut masih terperangkap masalah klasik seperti kesulitan modal dan keterampilan.
Ibarat pepatah, pucuk dicita ulam tiba. PT Bank Andara hadir di Sultra dan berkomitmen untuk membantu masyarakat tersebut. Adapun kegiatan ekonomi yang dijadikan prioritas adalah usaha perkebunan kakao. Kakao merupakan komoditas bernilai tinggi. Namun belakangan ini terpuruk akibat berbagai kendala. Produksi dan produktivitas anjlok disebabkan kondisi tanaman makin tua, gangguan hama penggerek buah kakao (PBK), dan buah busuk belum dapat dikendalikan secara optimal. Maka, penghasilan petani pun anjlok pula.
Gubernur Nur Alam sangat mengapresiasi kehadiran Bank Andara di Sultra. Kepedulian sosial seperti yang ditunjukkan Bank Andara, menurut gubernur, merupakan kebajikan yang akan mengantar pelakunya masuk surga. Nur Alam ikut menandatangani perjanjian kerja sama antara PT Bank Andara dan BPR Bahteramas.
BPR Bahteramas merupakan BUMD yang didirikan Gubernur Nur Alam untuk membantu pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat berpenghasilan rendah di kota dan pedesaan. BPR ini memiliki cabang di 12 kabupaten/kota di Sultra. Modal pangkal BPR Bahteramas bersumber dari kontribusi dana block grant yang disalurkan ke setiap desa dan kelurahan selama lima tahun pertama kepemimpinan Gubernur Nur Alam bersama wakilnya Saleh Lasata. Setiap desa dan kelurahan mendapat bantuan dana segar sebesar Rp 100 juta setahun. Dari dana ini kemudian disisihkan sebesar Rp 5 juta untuk BPR Bahteramas. Oleh karena itu kepala desa atau lurah di Sultra secara ex officio adalah pemegang saham BPR Bahteramas.
Gebrakan awal Bank Andara di Sultra dipimpin langsung Direktur Utama David HL Yong (50). Ia menandatangani naskah perjanjian kerja sama dengan BPR Bahteramas di Swissbel Hotel Kendari, Senin malam tanggal 21 Oktober 2013. Tanda tangan lainnya dibubuhkan Direktur Utama BPR Bahteramas Abdul Rasak. Keeseokan harinya David Yong meninjau cabang-cabang BPR Bahteramas terdekat, sekaligus juga memantau masyarakat calon nasabah di Kabupaten Konawe.
David bergabung dengan Bank Andara pada akhir tahun 2011. Ia melihat potensi perkebunan kakao rakyat cukup besar. Akan tetapi potensi tersebut belum mendapatkan akses pembiayaan lembaga keuangan sehingga usaha rakyat sulit berkembang. Bahkan, penghasilan petani kakao cenderung makin menurun. Petani tidak berdaya mengatasi berbagai kendala dan masalah yang dihadapi. “Ukuran sukses bagi Bank Andara di Sultra adalah tercapainya sasaran pelayanan minimal 2.000 petani dalam waktu 2-3 tahun ke depan”, kata David serius menanggapi tantangan tersebut. Ia melanjutkan, idealnya adalah 10.000 petani. Tetapi target besar itu diprogramkan untuk tahap berikutnya.
Dana kredit yang akan segera disalurkan Bank Andara adalah berupa pinjaman untuk pengadaan sarana produksi, seperti pupuk dan obat-obatan. Seperti dijelaskan David, kepada petani disediakan plafon Rp 6 juta per hektar. Penggunaan sarana produksi sangat penting dalam upaya meningkatkan produksi dan mutu buah kakao.
Menurut David, sektor keuangan mikro di Indonesia masih memiliki banyak kelemahan, antara lain bidang manajemen. Oleh karena itu, PT Bank Andara menyiapkan agenda penyelenggaraan bimbingan teknis tentang manajemen perbankan dan lembaga keuangan mikro bagi para pengelola BPR yang menjadi mitra. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan memperluas jangkauan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. ***
Filed under: sosok |
Tinggalkan komentar